PatroliNews id, Maluku – Pesawat Garuda Indonesia yang membawa Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa, SH., LLM., dan Wakil Gubernur Abdullah Vanath, S.Sos., mendarat mulus di Bandara Pattimura, Laha, tepat pukul 15.03 WIT pada Selasa (4/3/2025). Kedatangan mereka disambut dengan prosesi adat, lengkap dengan kalungan syal tenun khas Maluku, sayangnya, hanya tersedia dalam satu warna—biru.
Tak ingin kehilangan momentum, Gubernur Hendrik dengan nada bertanya menyoroti pemilihan warna tersebut.
“Seng ada warna lain lagi, cuma biru saja?” ujarnya sembari melangkah maju. Perhatian mendadak tertuju pada warna syal, yang mungkin tak hanya sekadar kain, tetapi juga bisa mencerminkan sesuatu yang lebih dalam.
Menariknya, dalam adat Maluku, warna yang dominan dan sarat makna adalah merah, putih, dan hitam. Merah melambangkan keberanian dan semangat perjuangan, putih mencerminkan kesucian serta persatuan, sementara hitam sering dikaitkan dengan ketegasan dan kekuatan. Ketiga warna ini banyak ditemukan dalam kain tenun tradisional dan simbol adat lainnya.
Namun, dalam penyambutan kali ini, hanya warna biru yang muncul, sebuah pilihan yang sedikit keluar dari pakem warna adat Maluku.
Sementara Hendrik Lewerissa dan Abdullah Vanath memang dikenal kerap mengenakan pakaian berwarna biru muda dalam berbagai kesempatan, pertanyaannya adalah, apakah pemilihan warna ini disengaja, atau ada makna tersirat di baliknya?
Adakah ini sebuah pesan politik yang lebih dalam? Ataukah hanya kebetulan belaka?
Adat tetaplah adat.
Raja Laha bersama sejumlah ibu-ibu dari negeri Laha dengan sigap membungkus sang pemimpin dengan kain gandong, menegaskan simbol persaudaraan yang tak terbatasi oleh spektrum warna. Tarian cakalele pun mengiringi mereka, seakan mengingatkan bahwa, di bumi Maluku, penghormatan tetap diutamakan.
Di ruang VVIP bandara, duet pemimpin baru ini disambut oleh Latupatti Maluku, Latupatti Kota Ambon, serta jajaran Forkopimda, termasuk Ketua DPRD Maluku, Kapolda, Pangdam Pattimura, Kajati, Danlantamal, Danlanud, dan Sekda Maluku. Setelah rehat sejenak, rombongan melanjutkan perjalanan ke Kantor Gubernur Maluku untuk bertemu para pimpinan OPD.
Kedatangan ini menandai babak baru kepemimpinan Maluku. Namun, satu hal yang menarik, apakah ini sekadar penyambutan biasa, atau ada simbolisme tertentu dalam pemilihan warna syal tersebut?
Hanya waktu yang akan menjawab. Yang jelas, warna kebijakan dan arah kepemimpinan akan lebih menentukan nasib Maluku dibandingkan warna selembar kain.