Tuhaha, Saparua – Jus Louhenapessy, tokoh adat sekaligus tokoh masyarakat Negeri Tuhaha, menyampaikan pesan penting usai prosesi adat pengambilan api obor Pattimura pada Rabu (14/5/25) di rumah tua mata rumah Aipassa. Dalam wawancaranya bersama PatroliNews.id, ia menegaskan bahwa, dirinya merupakan bagian dari adat yang telah diwariskan secara turun-temurun.
“Katong punya tradisi di Negeri Tuhaha itu sudah lahir dari datuk-datuk, dari nenek moyang. Tarian, cakalele, sampai iris unar itu memang sudah dari sananya. Itu bagian dari katong sejarah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Jus menekankan bahwa, kekebalan dalam prosesi adat di Tuhaha merupakan warisan yang tidak bisa disamakan dengan daerah lain.
“Kalau negeri lain saat Cakalele dan Iris Unar, biasanya dipakai air, disiram segala macam. Tapi di Tuhaha, cukup atur adat, kekebalan itu otomatis muncul dalam tubuh anak negeri Benusa Amalatu,” jelasnya.
Ia berharap, pemerintah memberi perhatian lebih terhadap adat dan tradisi di Tuhaha, khususnya dalam rangka peringatan Hari Pattimura setiap tanggal 15 Mei.
“Perlengkapan adat seperti alat iris unar harus disiapkan pemerintah, bukan anak adat. Karena ini memperingati pahlawan nasional, bukan hanya pahlawan orang Tuhaha.”
Jus juga menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi infrastruktur, khususnya akses jalan dan kelistrikan di Saparua. Ia menyoroti jalan-jalan rusak yang belum diperhatikan oleh pemerintah.
“Saparua ini kota sejarah, tempat lahir Pattimura. Tapi jalannya rusak, berlubang seperti danau. Ini tidak layak. Beta harap dengan Gubernur Hendrik Lewerissa, Wakil Bupati Mario Lawalata, dan nanti kalau Bupati datang juga, bisa lihat langsung kondisi ini,” tegasnya.
Sebagai pengusaha dan anak adat, Jus menyatakan tekadnya membangun Saparua.
“Beta pulang ke Tuhaha dan mulai usaha supaya Saparua bisa maju. Tapi pemerintah juga harus dukung, jangan biarkan negeri adat ini tertinggal.”
Mengenai masalah listrik, Jus mengkritik keras pelayanan PLN di Saparua yang sering mengalami pemadaman.
“Dalam seminggu, mati lampu bisa beberapa kali. Beta bingung, ini BBM-nya kurang, mesin rusak, atau kabelnya disenggol Pohon? Padahal jalur seperti di Hattawano itu sudah terisolasi.”
Ia yang juga berlatar belakang di bidang kelistrikan, meminta agar PLN dan pemerintah daerah bertindak serius.
“Jangan sampai pembodohan terhadap masyarakat terus terjadi. Pemerintah harus audit PLN. Kalau bisa, pakai tim independen. Saparua tidak boleh tertinggal terus, harus maju.”
Di akhir pernyataannya, Jus menegaskan bahwa, semua keluhan ini muncul dari masyarakat yang menginginkan perubahan.
“Beta kira cukup. Beta hanya mau Saparua ini maju, adat dihormati, infrastruktur dibenahi, dan listrik tidak lagi menjadi masalah.”