PatroliNews.id, Ambon – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Ambon, Muhamad Abdul Aziz, ST, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya di lantai 3 Balai Kota Ambon pada Selasa (3/5/25), menjelaskan secara rinci mengenai kondisi pertanian di Kota Ambon, khususnya terkait komoditas pangan strategis.
Menurutnya, untuk komoditas cabe, saat ini belum ada kontribusi nyata dari sektor pertanian lokal di Kota Ambon. Hal ini disebabkan oleh faktor musim tanam.
“Musim tanam cabe di Ambon biasanya baru dimulai pada bulan September hingga Februari. Sedangkan bulan April, Mei, Juni, Juli, dan Agustus bukan musim tanam cabe,” jelas Abdul Aziz.
Sementara itu, untuk komoditas bawang, baik bawang merah maupun bawang putih, tidak dibudidayakan di wilayah Kota Ambon. Pasokan bawang sepenuhnya didatangkan dari luar daerah, seperti dari Manado, Jawa, dan beberapa wilayah di Sulawesi.
“Dari Jawa memang ada, tapi jumlahnya tidak banyak. Sebagian besar kita dapat dari Sulawesi,” tambahnya.
Namun demikian, Kota Ambon memiliki beberapa komoditas lokal unggulan yang belum banyak terekspos ke publik. Salah satunya adalah kasbi (singkong).
“Kasbi memang produksi dari Ambon, hanya saja tidak terlalu terekspos. Kita pastikan bahwa kasbi yang beredar adalah produk lokal,” ungkapnya.
Selain kasbi, sagu juga menjadi komoditas lokal andalan yang masih diproduksi di beberapa sentra di Kota Ambon, tanpa perlu didatangkan dari luar seperti Pulau Seram.
Bahkan, menurut Aziz, saat ini produksi kasbi di Kota Ambon sudah mulai diekspor ke wilayah lain di Maluku seperti Masohi dan Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
“Justru sebenarnya kita mengirim kasbi ke luar karena kebutuhan konsumsi di Ambon sendiri masih rendah. Tergantung masyarakat, mau tanam atau tidak. Kalau konsumsi lokal sedikit, tentu kita kirim keluar, termasuk ke Masohi dan SBB. Ke SBT juga bisa, tapi itu terlalu jauh, jadi kita fokus pada pasar terdekat,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti potensi komoditas aren yang melimpah di Maluku, termasuk Ambon. Sayangnya, pemanfaatan komoditas tersebut masih terbatas untuk kebutuhan lokal.
“Aren di Maluku banyak, tapi pemanfaatannya belum maksimal. Untuk pengolahan lebih lanjut seperti bioenergi atau solar dari aren, itu belum bisa dilakukan karena teknologi belum ada di sini. Teman-teman di BPN dan Provinsi juga belum punya fasilitas untuk itu,” tutupnya.
Dengan kondisi tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Ambon mendorong peningkatan produksi komoditas lokal dan memperluas pasarnya, sembari menunggu kesiapan teknologi dan dukungan yang lebih luas untuk memaksimalkan potensi pertanian lokal.